BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Sejalan dengan pekembangan
dengan zaman, lebih-lebih pada saat manusia terjepit kesulitan dan kesempitan
serta dalam keadaan yang serba menyulitkan, banyak umat mnausia mencari jalan
pintas untuk mendapatkkan kekuatan di atas kemampuan dirinya agar dapat meraih
segala harapan dan angan-angan serta terhindar dari keterjepitan. Mereka meminta kepada selain Allah, bahkan mengagungkannya melebihi
pengagungnannya terhadap Allah yang telah menciptakannya.
Di semua zaman dan tempat
manusia biasa mengalami kelemahan iman, yang di sebabkan oleh jauhnya mereka
dari lingkungan keimanan dalam waktu lama. Atau di sebabkan jauhnya mereka dari
mursyid yang saleh yang meluruskan akhlak mereka, membersihkan jiwa mereka, dan
menjadi panutan dan contoh yang baik bagi mereka, atau karena jauhnya dari ilmu
syariat dan keilmuan islam yang menggerakkan perasaan keimanan dalam diri
mereka, atau hal lainnya.
Agar seorang muslim sampai
kepada jalan-jalan ini dan agar ia tidak menjadi tawanan kerusakan dan
kebobrokan, maka islam memberikan jalan petunjuk, obat yang manjur, jalan yang
memberikannya penerangan menuju harapan dan kembali kepada naungan islam petunjuknya.
Banyak orang yang masih
menganggap remeh kegiatan dzikir atau mengingat Allah. Mereka menganggap duduk
diam sambil berzikir menyebut nama Allah sebagai suatu kegiatan yang sia sia
dan hanya membuang waktu percuma. Ini terjadi karena sebagian besar manusia
perhatiannya hanya tercurah pada kehidupan dunia. Sebagian besar manusia hanya
fokus pada kehidupan jangka pendek, yaitu kehidupan dunia. Mereka tidak peduli
dengan kehidupan jangka panjang, bahkan mereka ragu dengan adanya kehidupan
akhirat yang abadi dan pertemuan dengan Allah kelak.
C. Perumusan
Masalah
1.
Apakah yang dimaksud Akhlak?
2. Apakah yang dimaksud dengan Do’a ?
3.
Apakah yang dimaksud dengan Taubat ?
4.
Apakah yang dimaksud dengan Dzikir ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. AKHLAK KEPADA ALLAH SWT
Kata akhlak berasal dari kata bahasa arab, yaitu
“khuluq” yang artinya budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat, dan
dapat kita ketahui bahwa akhlak sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir
yang tertanam pada jiwanya. Sedangkan
menurut istilah, akhlak ialah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan
dengan mudah dan tanpa berpikir dan di renungi lagi.
Dengan demikian akhlak pada hakikatnya adalah sikap
yang melekat pada diri manusia, sehingga manusia dapat melakukan tanpa
berpikir, akhlak dikenal juga dengan istilah moral dan etika. Moral yang berati
adat atau kebiasaan, moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik dan buruk di
terima umum atau masyarakat, karena adat istiadat dalam satu masyarakat
merupakan standar menentukan baik dan buruknya.
Sedangkan akhlak kepada Allah dapat di artikan sebagai
sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebgai makhluknya.
Sehingga akhlak kepada allah dapat di artikan segala sikap atau pebuatan
manusia yang di lakukan tanpa berfikir lagi yang memang ada pada diri manusia
sebagai mamba Allah SWT.
B. DO’A
Menurut
bahasa "ad-du'aa" artinya memanggil, meminta tolong, atau
memohon sesuatu. Sedangkan doa menurut pengertian syariat adalah memohon
sesuatu atau memohon perlindungan kepada Allah SWT dengan merendahkan diri dan
tunduk kepadaNya. Doa merupakan bagian dari ibadah dan boleh dilakukan setiap
waktu dan setiap tempat, karena Allah SWT selalu bersama hamba-hambaNya. Do’a
dalam pengertian adalah pendekatan diri kepada Allah SWT dengan sepenuh hati, dan Rasulullah
SAW telah menegaskan keistemewaan do’a di sisi Allah
SWT adalah melebihi segala keistimewaan yang ada, dalam hal ini rasulullah bersabda: tidak ada sesuatu
yang lebih mulia di sisi allah di banding dengan do’a (hr. tarmizi, nasai,abu
dawud). Do’a adalah bentuk pengagungan terhadap allah dengan di sertai
keikhlasan hati serta permohonan
petolongan disertai kejernihan nurani agar selamat dari segala. selamat dari
segala musibah serta meraih keselamatan abadi. Doa berarti memohon atau meminta
sesuatu yang baik kepada Allah SWT yang
Maha Pemurah.
Allah
SWT menyuruh orang-orang Islam berdoa
atau meminta sesuatu kepadaNya seperti firman Allah SWT Q.S Al-mu’min : 60
Dan
Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."
Etika dalam berdo’a
Etika
dalam do’a adalah bagian dari ibadah untuk mendapatkan kemakbulan dalam
berdo’a.
a. Memulai berdoa dengan membaca basmalah
Berdoa
hendaknya dimulai dengan membaca basmalah (karena malakukan perbuatan yang baik
hendaknya dimulai dengan basmalah), hamdalah dan sholawat.
b. Memilih
waktu
Seorang muslim dalam berdo’a hendaklah memilih waktu
dan situasi yang baik sehingga do’anya dapat di kabulkan Allah SWT: seperti
pada hari arafah, hari jumat, bulan ramdhan, malam lailatul-qadar,waktu sahur
(menjelang shubuh), atau di tengah keheningan malam
● Hari harafah
adalah hari dimana kaum muslimin dari seluruh penjuru dunia berkumpul disuatu
tempat, padang arafah , berkumpul untuk
mendekatkan diri kepada allah dalam pelaksanaan ibadah haji.
● Bulan ramadhan memiki keistimewaan untuk
memprbanyak do’a dikarnakan pada bulan itu dibukakan pintu-pintu surga dibuka
selebar-lebarrnya.
● Hari jumat
memiliki keistimewaan untuk memperbnyak do’a dikarenakan termasuk hari yang
paling mulia dalam satu minggu.sebab di dalamnya terdapat waktu yang apabila
seseorang memanjatkan pasti dikabulkan allah.
● Malam
lailatul-qadar memiliki keistimewaan untuk memperbnyak doa di karenakan
termasuk malam yang palng di muliakan allah, beribadah di dalamnya lebih baik
bribadah seribu bulan ,
Dalam hal ini rasulullah menegaskan: “Barang siapa
melakukan ibadah pada malam qadar
(lailatul qadar) di landasi iman dan keikhlasan hati, maka di ampuni
dosa-dosanya yang telah lalu”.
● Waktu sahur
(menjelang subuh) memiliki keistimewan untuk memperbanyak doa dikarenakan
disaat itu hati seseorang sedang dalam keadaan tenang bersih lagi suci. Pada
waku sahur, allah menebarkan ampunan dan
rahmat-nya kepada setiap manusia yang memanjatkan doa.
c. Mengangkat tangan dan menghadap kiblat
Seorang
muslim ketika berdo’a hendaklah
menghadap kiblat,sebab
yang demikian adalah sunat. Disamping itu hendaklah mengangkat tangan ketika
berdo’a, dan mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah ketika selesai brdo’a.
Karna itu bagian dari sunnah rasul.
Do’a yang
di panjatkan disertai mengangkat tangan mudah di kabulkan oleh Allah SWT, dalam
hal ini Rasulullah menegaskan: “sesungguhnya tuhan mu hidup kekal lagi maha mulia,
merasa malu terhadap hamba-nya yang mengangkat tangan tinggi-tinggi ketika
berdo’a sehingga tidak ada lagi alasan untuk tidak mengabulkan permohonannya
.”(HR A bu daud dan tirmidzi dari salaman AL-Fairisi).
d. Dimulai
dengan memuji Allah SWT
Seoramg muslim ketika berdo’a hendaklah memulai
do’anya dengan memuji keagungan Allah, Bahwa pujian kepada allah dengan
menyebut asma-nya yang mulia (asmaul-husna) dan bacaan shalawat nabi ketika
memulai suatu do’a merupakan etika dalam berdo’a. Sebuah do’a akan di kabulakan
Allah bila disertai bacaan asmaul-husna dan shlawat nabi, dan para nabi
meyakini bahwa hal tersebut merupakan etika yang sngat tinggi di dalam berdo’a,
sehingga mereka menjadikan pujian terhadap allah merupakan permulaan dari do’a.
e.
Khusyuk dalam berdoa
Ketika dalam berdo’a hendaklah menunjukkan sikap
merendahkan diri dan ke khusyuk’an hati. Misalnya, dengan mengulang bacaan
do’a hingga tiga kali, tidak tergesa-gesa , serta penuh keyakinan bahwa do’a
yang panjatkan pasti di kabulkan oleh Allah SWT
kepada setiap hambanya yang memanjatkan do’a dalam Al-Qur’an telah di
tegaskan :
Artinya : ”berdo’a lah kepada tuhan mu dengan
merendahkan diri dan suara yang lembut .sesungguhnya allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi sesudah allah memperbaikinya , dan berdo’alah kepadnya dengan rasa takut
tidak di terima dan penuh harapan akan di kabulkan , sesungguhnya rahmat allah
sngatlah dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik .”(QS-A’raf:55-56).
f. Dengan suara sederhana
Ketika memanjatkan do’a hendalah dengan volume
suara yang sederhana, tidak tidak terlalu keras tidak pula terlalu pelan. Sebab
orang yang berdo’a berarti sedang berdialog dan berhadapan langsung dengan
Allah SWT, dan selayaknya bila dia merendahkan suara hingga hatinya lebih
khusyuk dan merasa dekat dengan-Nya.
g. Memilih do’a Qur’ani dan hadisi
Ketika berdo’a hendaklah kita memilih doa-doa yang
telah di ajarkan Al-Qur’an maupun Al-Hadist, Imam Al-Ghazali dalam kitab
Ihya’Ulumuddin menegaskan: yang terbaik bagi seseorang yang memanjatkan doa adalah memilih doa yang benar-benar telah
diajarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist, sebab kemakbulannya sudah teruji,
keberhasilannya dalam mendatangkan kemaslahatan bagi ummat.
h. Tidak menyimpang dari syariat
Ketika berdo’a hendaklah jangan menyimpang dari
garis ajaran syariat Islam, dan jangan berdo’a untuk kesengsaraan orang lain
atau untuk kecelakaan diri sendiri. Sebab sudah kebiasaan bagi manusia, bila
dilanda musibah yang berat kemudian putus asa dan berdo’a dengan do’a yang
konyol, misalnya, meminta agar segera meninggal atau mendapatkan musibah yang
lebih berat lagi dan apabila marah pada orang lain, kemudian mendo’akannya
dengan do’a yang tidak baik.
C. TAUBAT
Taubat adalah kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan
atau kembali dari jalan yang jauh dari allah ke jalan yang lebih dekat ke pada
allah dan meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa
yang telah lalu, dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan
dosa tersebut pada waktu yang kan datang. Allah berfirman Q.S. Al-Tahrim 8:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari
ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia;
sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil
mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Hukum
taubat adalah wajib bagi setip muslim atau muslimah yang sudah mukallaf (balig
dan berakal). Taubat baru dinggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah
memenuhi syarat yang telah di tentukan. Bila dosa itu terhadap Allah SWT. Maka
syarat taubatnya ada tiga macam, yaitu:
1. Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah
diperbuat
2.
Meninggalakan
perbuatan maksiat itu
3.
Bertekad dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan
mengulangi lagi perbuatan maksiat itu.
Namun
bila dosa itu terhadap sesama manusia, maka syarat taubatnya ditambah dua lagi
yaitu
1. Meminta
maaf terhadap orang yang dizalimi atau dirugikan.
2.
Mengganti
kerugian setimbang dengan kerugian yang dialaminya akibat perbuatan zalim itu
atau minta kerelaannya.
Dosa
terhadap sesama manusia akibat perbuatan zalim itu hendaknya diselesaikan di
dunia ini juga. Karena kalau tidak., pelaku dosanya di alam akhirat termasuk
orang yang merugi bahkan celaka. Apabila seorang telah terlanjur berbuat dosa,
kemudian bertaubat dengan sebenar-benarnya, tentu ia akan memperoleh banyak
hikmah dan manfaat. Tentu saja taubat yang dilakukan harus memenuhi syarat
taubat seperti tersebut. Adapu hikmah daan manfaat yang diperoleh dari taubat
itu antara lain: dosanya diampuni, memperolah rahmat Allah, dan bimbingan untuk
masuk surga. Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada
Allah dengan taubat semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga”. (Q.S At-Tahrim, 66 : 8)
Perlu diketahui dan disadari oleh setiap orang yang
telah terlanjur berbuat dosa, bahwa seorang yang telah membaca istigfar (mohon
ampunan dosa kepada Allah), tetapi terus menerus berbuat dosa, maka ia akan
dianggap telah mengolok-ngolok Tuhannya. Demikian juga seorang yang berbuat
dosa dan baru bertaubat ketika “sakaratul maut” maka taubatnya tidak akan
diterima Allah SWT.
Taubat yang di terima dan benar itu mempunyai beberapa tanda:
1. Agar
setelah taubat ia menjadi lebih baik dari sebelumnya.
2. Agar
merasa takut serta tidak
pernah merasa aman dari siksa allah SWT.
3. Hatinya merasa terlepas, dan hancur tercabik-cabik
karena menyesal dan merasa takut,sesuai dengan besar kecilnya dosanya.
4.
Merasa remuk-redam tersendiri dalam hati, yang tidak diserupai oleh apa pun,
seperti seorang hamba yang telah berbuat salah dan memberontak kepada tuhannya.
Sebab – sebab manusia harus
bertaubat:
-
Telah melakukan dosa kecil atau dosa besar.
-
Supaya setiap amalan diterima
oleh Allah dengan mudah.
-
Supaya manusia tidak sombong
dengan kekuasaan dan keagungan Allah.
Sebab Allah menerima taubat
hambanya:
-
Allah maha penyayang dengan
mengampunkan dosa hambanya.
-
Supaya hambanya bersih
daripada dosa dan memperoleh balasan syurga d akhirat.
-
Orang yang bertaubat akan merasa benci dengan dosa yang dilakukan.
-
Supaya seseorang itu sentiasa
melakukan kebaikan dan meninggalkan kejahatan.
Syarat – syarat taubat :
-
Menyesal terhadap maksiat yang
dilakukan.
-
Berhenti melakukan maksiat
dengan segera.
-
Berazam tidak akan mengulangi
lagi.
-
Berterus terang memohon maaf
jika berkaitan dengan hak orang lain.
Hikmah Taubat :
-
Memberi peluang kepada orang
yang berdosa kembali kejalan Allah.
-
Memberi ketenangan hati kepada
muslim yang bertaubat.
-
Mendapat keampunan serta
petunjuk Allah.
-
Sebagai satu cara mendekatkan
diri kepada Allah.
D.
DZIKIR
Pengertian
dzikir menurut bahasa berasal dari kata “dzakaro” yang artinya ingat.
Kata dzikir mengambil dari masdarnya dzikron, kemudian terkenal dengan istilah
dzikir. Sedangkan dzikir menurut syara’ adalah ingat kepada Allah dengan
etika tertentu yang sudah ditentukan dalam Al Qur’an dan Hadits dengan tujuan
mensucikan hati dan mengagungkan Allah.
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya." (QS. Al-Ahzab : 41).
Allah
sudah menunjukkan dasar pokok bahwa dzikir mampu menentramkan hati manusia.
Hanya dengan dzikirlah hati akan menjadi tentram, sehingga tidak timbul nafsu
yang jahat. Berdzikir dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dalam keadaan
bagaimamanapun, kecuali ditempat yang tidak sesuai dengan kesucian Allah. Seperti
bertasbih dan bertahmid di WC.
Artinya:
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka." (QS. Ali Imran : 191).
Dzikir
Menurut Imam Nawawi Al Bantaniyu
Penulis kitab Al Adzkar, menjelaskan dalam kitabnya bahwa dzikir bisa dilakukan
dengan lisan dan hati. Tingkatan dzikir akan menjadi lebih sempurna jika
melakukannya denga hati dan lisan. Jika harus memilih, mana yang lebih utama,
menurutnya, harus dengan hati saja, namun akan lebih afdhol (utama) jika
melakukannya dengan hati dan lisan sesuai dengan sunah Rosulullah.
Dzikir
ialah menyebut allah dengan tasbih (subhanallah), membaca tahlil (la-ilaha
illallahu), membaca tahmid (alhamdulillahi), baca tqdis (quddusun),
membaca taqbir (allahu akbar), membaca hauqalah (la haula wala quata
illa billahi), membaca hasbalah (hasbiyallahu), membaca basmalah (bismillahirrohmanirrohim) membaca
Al-Qur’an dan membaca do’a-do’a yang di terima dari allah SAW
1. Bentuk dan Cara berdzikir :
a. Dzikir dengan hati, yaitu
dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah sehingga timbul di dalam
fikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Semua yang ada di alam semesta ini pastilah ada
yang menciptakan, yaitu Allah SWT.
b.
Dzikir dengan lisan
(ucapan), yaitu dengan cara mengucapkan lafazh-lafazh yang di dalammya
mengandung asma Allah yang telah diajarkan oleh Rasulullah kepada ummatnya..
c.
Dzikir dengan perbuatan, yaitu
dengan cara melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi
larangan-laranganNya. Yang harus diingat ialah bahwa semua amalan harus
dilandasi dengan niat. Niat melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah untuk
mendapatkan keridhoan Allah SWT. Dengan demikian menuntut ilmu, mencari nafkah,
bersilaturahmi dan amalan-amalan lain yang diperintahkan agama termasuk dalam
ruang lingkup dzikir dengan perbuatan.
2. Manfaat
Dzikrullah:
Selalu ingat dan menyebut nama Allah setiap saat
dan sepanjang waktu dikala berdiri, duduk dan berbaring merupakan gambaran
nyata dari keimanan ,ketakwaan dan rasa tawakkal seseorang.
Manfaat dzikir antara lain:
1.
Mendapat
ketenangan hati dan bebas dari perasaan jengkel, kecewa, sedih, duka, dendam
dan stress berkepanjangan.
2.
Dikeluarkan Allah dari kegelapan (hidup yang penuh
kesukaran, kesempitan,kepanikan, kekalutan ,kehinaaan dan serba kekurangan )
kepada cahaya yang terang benderang ( hidup bahagia,nyaman, aman, mulia,
sejahtera dan berkecukupan).
3.
Terpelihara
dan terhindar dari melakukan perbuatan keji dan mungkar.
4.
Terpelihara
dari kelicikan dari tipu daya syetan yang menyesatkan.
5.
Selalu
mendapat jalan keluar dari berbagai kesulitan yang datang menghadang dan
mendapat rezeki dari tempat yang tidak pernah diduga, serta selalu dicukupkan
semua kebutuhan hidupnya.
Untuk
melaksanakan dzikir ada tata krama yang harus diperhatikan, yakni adab
berdzikir. Dalam kitab Al Mafakhir Al-’Aliyah fil Ma-atsir Asy-Syadzaliyah
disebutkan pada pasal Adabuddz-Dzikr, sebagaiman dituturkan oleh Asy-Sya’roni
bahwa adab berdzikir itu banyak tetapi dapat dikelompokkan menjadi 20 (dua
puluh), yang terbagi menjadi tiga bagian; 5 (lima) adab dilakukan sebelum
bedzikir, 12 (dua belas) adab dilakukan pada saat berdzikir, 2 (dua) adab
dilakukan setelah selesai berdzikir.
Adapun 5 (lima ) adab yang harus diperhatikan
sebelum berdzikir adalah;
1. Taubat,
yang hakekatnya adalah meninggalkan semua perkara yang tidak berfaedah bagi
dirinya, baik yang berupa ucapan, perbuatan, atau keinginan.
2. Mandi dan wudlu.
3. Diam dan tenang, artinya hatinya dapat terpusat pada bacaan Allah yang
kemudian dibarengi dengan lisannya yang mengucapkan Lailaaha illallah.
4. Menyaksikan dengan hatinya ketika sedang melaksanakan dzikir
terhadap syaikh atau guru mursyidnya.
5. Meyakini bahwa dzikir thoriqoh yang didapat dari syaikhnya adalah
dzikir yang didapat dari Rasulullah SAW, karena syaikhnya adalah naib
(pengganti ) dari Beliau.
Sedangkan 12 (dua belas)
adab yang harus diperhatikan pada saat melakukan dzikir adalah;
1. Duduk di tempat yang suci seperti duduknya didalam shalat..
2. Meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya
3. Mengharumkan tempatnya untuk berdzikir dengan bau wewangian,
demikian pula dengan pakaian di badannya.
4. Memakai pakaian yang halal dan suci.
5. Memilih tempat yang gelap dan sepi jika memungkinkan.
6. Memejamkan kedua mata, karena hal itu akan dapat menutup jalan
indra dhohir, karena dengan tertutupnya indra dhohir akan menjadi penyebab
terbukanya indra hati / bathin.
7. Membayangkan pribadi guru mursyidnya diantara kedua matanya.
Dan ini menurut ulama thoriqoh merupakan adab yang sangat penting
8. Jujur dalam berdzikir. Artinya hendaknya seseorang yang
berdzikir itu dapat memiliki perasaan yang sama, baik dalam keadaan sepi
(sendiri) atau ramai.
9. khlas, yaitu membersihkan amal dari segala ketercampuran.
Dengan kejujuran serta keikhlasan seseorang yang berdzikir akan sampai derajat
Ash-Shidiqiyah dengan syarat dia mau mengungkapkan segala yang terbesit di
dalam hatinya (berupa kebaikan dan keburukan ) kepada syaikhnya.Jika dia tidak
mau mengungkapkan hal itu, berarti dia berkhianat dan akan terhalang dari fath
(keterbukaan bathiniyah).
10. Memilih shighot dzikir bacaan La ilaaha illallah, karena bacaan
ini memiliki keistimewaan yang tidak didapati pada bacaan-bacaan dzikir syar’i
lainnya.
11. Menghadirkan makna dzikir didalam hatinya.
12. Mengosongkan hati dari segala apapun selain Allah dengan La
ilaaha illallah, agar pengaruh kata “illallah” terhujam didalam hati dan
menjalar ke seluruh anggota tubuh.
Dan 3 (tiga) adab setelah
berdzikir adalah;
1. Bersikap tenang ketika telah diam (dari dzikirnya), khusyu’
dan menghadirkan hatinya untuk menunggu waridudz-dzkir. Para ulama thoriqoh
berkata bahwa bisa jadi waridudz-dzikr datang dan sejenak memakmurkan hati itu
pengaruhnya lebih besar dari pada apa yang dihasilkan oleh riyadloh dan
mujahadah tiga puluh tahun.
2. Mengulang-ulang pernapasannya berkali-kali. Karena hal ini
(menurut ulama thoriqoh) lebih cepat menyinarkan bashiroh, menyingkapkan
hijab-hijab dan memutus bisikan-bisikan hawa nafsu dan syetan.
3. Menahan minum air. Karena dzikir dapat menimbulkan hararah
(rasa hangat di hati orang yang melakukannya, yang disebabkan oleh syauq dan
tahyij (rasa rindu dan gairah) kepada Al-Madzkur/ Allah SWT yang merupakan
tujuan utama dari dzikir, sedang meminum air setelah berdzikir akan memadamkan
rasa tersebut.
4. Para guru mursyid berkata:”Orang yang berdzikir hendaknya
memperhatikan tiga tata krama ini, karena natijah (hasil) dzikirnya hanya akan
muncul dengan hal tersebut.”Wallahu a’lam.
Kak minta referensi bukunya, boleh?
BalasHapus